Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Kunjungi laman Blogger Perempuan dan baca tulisan saya melalui link berikut

Jumat, 01 Januari 2021

KALENDER


 

    Ini Jumat dan aku terbangun pukul setengah tiga pagi ketika dentum kembang api masih riuh dinyalakan orang-orang dari segala penjuru negeri.

    Penanggalan baru yang ibuku gantungkan sore tadi membuat sadar, bahwa kini, tidak hanya bulan berganti, tetapi nominal tahun. Artinya, aktifitas setiap satu Januari bukan sekadar membalik kalender, namun menurunkan parade waktu masa lalu menuju saat ini; sebuah peralihan, mengganti petak-petak penunjuk hari dan membuang yang lama, atau menyimpannya untuk dijadikan sampul kado pada keadaan mendesak saja.

    Di rumah kami, tidak ada perayaan apapun. Pukul sembilan, aku sudah lelap sebab lelah berpikir seharian. Tayangan YouTube mulai membosankan sebab diakrabi sejak Maret meski konten baru senantiasa datang. Lini masa Instagram juga sama. Mempublikasi berita-berita jauh dari kata penting, yang dipenuhi komentar-komentar berpolusi bagi mata dan hati.

    Memang, tidak ada yang benar-benar ditunggu. Barangkali, orang-orang sudah kepalang kecewa menghabiskan nyaris sepanjang tahun 'di rumah saja' dan membatasi kegiatan melibatkan banyak orang, mengenakan masker sepanjang waktu, mendeteksi suhu tubuh setiap keluar-masuk ruangan atau gedung, mencuci tangan seolah terkena phobia tentang kebersihan yang kadang memuakkan.

    Semuanya perlahan dibungkus rapi. Dimasukkan ke dalam kotak dan ditutup rapat. Diberi pita cantik, ditinggalkan di sebuah sudut. Tak ingin dibuka atau diingat lagi. Kemudian beranjak menyongsong harapan-harapan tentang keadaan yang barangkali mulai membaik.

    Produktif. Semua orang berharap istirahat panjang dan hibernasi segera berakhir. Resolusi dibuat optimistis dan ditempelkan di dinding kamar masing-masing, dihiasi bahkan dibingkai estetik. Dijadikan pemicu, pendorong semangat. Mengantisipasi sebuah awal dengan degub jantung menggila. Berjuta pertanyaan barangkali singgah, "Bila ternyata kabar buruk kembali mampir, akankah kita bertindak setabah ini lagi?" 

    Masih ada 364 hari yang harus dilewati. Masih ada puluhan pekan menyimpan ragam kejutan, bahkan jawaban-jawaban yang mungkin akan kita syukuri pun sesalkan sebab pernah masuk dalam untaian semoga.

    Desember menuju Januari selalu istimewa. Dekorasinya diisi kolaborasi antara libur semester, hari raya, dan bonus-bonus selain gaji dari kantor disertai ragam diskon di segala toko meliputi berbagai benda. Atmosfer menyenangkan, sarat akan bahagia.

    Angka satu di setiap kalender seringnya diisi lebih banyak awal baru, relasi sehat antara kesadaran dan pengampunan, lalu diselingi tekad; gegap gempita kemungkinan dan peluang. Padahal, 365 hari selalu terasa sama dan memang selamanya tak jauh berbeda bila hanya mengandalkan kemurahan hati semesta. Seringnya, kita pun melupakan kemampuan berdiri di atas kaki sendiri. Sebab, pada sepuluh bulan kemarin, semesta dengan riang gembira malah mengajak penghuninya bercanda alih-alih pesta pora. Bedanya, tidak ada yang tertawa terbahak-bahak. Lelucon semesta dipastikan gagal total!

    Tampak agresif, sekaligus mengajak manusia berbondong-bondong melalui sebuah pintu dengan terlebih dahulu melewati pernak-pernik ujian. Tentu, ada yang lolos, dan ada pula yang harus mundur; kalah. Semua hanya soal keberpihakan dan lagi-lagi; takdir. Tetapi, kuakui, eleminasi semacam ini menjadikan manusia mengetahui limit diri, untuk kemudian berhenti jadi entitas bar-bar yang kerap kehilangan kendali.

    Pembatasan sosial, harusnya juga menjadikan kita membatasi tingkah laku agar tidak menerima ganjaran sosial, bukan?


1/365
Januari, 2021
Siti Sonia Aseka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Miskonsepsi Pernikahan Dini dan Menikah Muda

Miskonsepsi Pernikahan Dini & Menikah Muda Oleh: Siti Sonia Aseka Pernah salah sangka soal narasi nikah muda, nggak? Bertahun lalu, saya...