Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Kunjungi laman Blogger Perempuan dan baca tulisan saya melalui link berikut

Minggu, 09 Maret 2025

Refleksi Peringatan International Women's Day 2025

"We realize the importance of our voices only when we are silenced."–Malala Yousafzai, I Am Malala

Pada tahun 2021, saya pernah diundang sebagai pembicara pada sebuah acara bedah buku online oleh salah satu lembaga dakwah mahasiswa di kampus tempat saya menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana. Buku yang dibedah kala itu berjudul Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan karya Shalah Qazan.

Beberapa jam sebelum acara dimulai, saya dicecar dengan pertanyaan menyelidik dari dua orang, "Ini bukunya tentang apa? Amankah dibahas oleh lembaga dakwah? Apakah mengandung paham feminis? Apakah tidak masalah dibahas oleh adik-adik kita?"

Jujur, saya menghargai pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan. Menunjukkan kepedulian dan mengonfirmasi sesuatu secara langsung dari sumbernya ketimbang menggunjing atau meyakini kekeliruan dan kesalahpahaman.

Namun yang saya sayangkan adalah, proses tersebut dilakukan pada hari H acara berlangsung padahal pamflet acara telah disebarkan beberapa hari sebelumnya. Lantas selama beberapa hari yang berlalu, pada ke mana saja?

Juga pertanyaan konyol semacam, "Itu bukunya tentang apa?"

Tidak bermaksud jahat, namun dunia sudah dikuasai internet dan ekspansi informasi menghantam bak gelombang masif, tak main-main. Tidak sulit untuk mencari review buku tersebut bila memang malas membaca keseluruhan isi buku.

Lantas saya mencoba menjawab sesingkat dan setenang mungkin, meski dalam hati carut marut.

Hari ini, pada peringatan hari perempuan internasional, saya mendapati pertanyaan serupa, "Bukankah IWD merupakan bagian dari feminisme? Bukankah ini agenda feminis? Bukankah ini cara feminis untuk menyebarkan paham-paham yang mereka yakini?"

Maka saya menyadari, masih sangat banyak orang merasa kata perempuan, kebebasan, dan kesetaraan tidak pantas disandingkan dan berdiri bergandengan. Seolah alergi kronis.

Padahal sesungguhnya, peringatan ini sesederhana mengenang dan menapak tilas perjuangan perempuan yang bergerak padu menuntut kesamaan dalam keadilan upah, hak suara, dan jam kerja yang lebih manusiawi. Hak yang melekat dalam diri manusia, yang seharusnya didapatkan tanpa perlu mengeluarkan energi lebih, justru harus diperjuangkan sampai berdarah-darah.

Tidak sampai di sana saja. Deklarasi resmi dan penentuan peringatan secara global membutuhkan waktu puluhan tahun, akumulasi dari berbagai gagasan, pertemuan, kongres, dan tuntutan.

Begitu menyakitkan rasanya ketika perjuangan tulus nan penuh ketidakpastian tersebut malah disalahartikan dan menerima penolakan bahkan dari kalangan perempuan sendiri.

Perayaan Hari Perempuan Internasional tidak hanya diperingati untuk mengenang sejarah perjuangan perempuan, tetapi juga demi menyuarakan isu-isu gender, kesetaraan, kekerasan terhadap perempuan, dan pemberdayaan perempuan di seluruh dunia.

Perjuangan masih panjang. Tantangan akan terus ada. Keadilan gender dan kesetaraan hak adalah misi utama yang patut digarisbawahi senantiasa. Kita tidak bisa terus berpaku pada stigma, prasangka, sehingga membatasi gerak dan kontribusi untuk menyuarakan ketimpangan.

"We cannot all succeed when half of us are held back."Malala Yousafzai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Refleksi Peringatan International Women's Day 2025

"We realize the importance of our voices only when we are silenced."– Malala Yousafzai, I Am Malala Pada tahun 2021, saya pernah d...