Duta-Duta
Kebaikan
KM
FKIP BERBAGI
Jumat
dan Sabtu, 16 dan 17 Juni 2017
“Sebab
pertolongan Allah selalu dekat,
maka
jadilah perantara atas dekatnya
pertolongan-pertolongan
itu, tanpa
pernah
merasa bahwa kita kuat, karena
hanya
Allah Sang Maha Hebat.”
Jumat,
16 Juni 2017
Penggalangan
Dana dan Sosialisasi KM FKIP BERBAGI
Di
Kampus FKIP Universitas Sriwijaya, Indralaya
Berapa orang yang hari ini menjadi
garda terdepan dalam kebaikan? Seratus? Seribu? Atau sejuta? Jawaban paling
tepat adalah satu. Sebab suara mahasiswa
adalah satu, tak pernah ada sinkronisasi lagi selain geraknya pun selalu satu.
Jumat pagi itu, Gedung Kemahasiswaan
ramai bila tak mampu utuh dibilang gaduh. Bukan kata-kata kosong belaka, atau
sekedar basa basi yang berujung basi benar-benar. Namun, riuh yang sibuk
mengatur strategi, berdoa, bergerak dan menyamakan suhu. Tak lama, kegaduhan
itu mereda, berlanjut ke sebuah aksi nyata sebenarnya.
Dengan beberapa kotak kardus dan
modal keberanian nyaris pada level nekat, mahasiswa yang terdiri atas laki-laki
dan perempuan itu memberikan pelangi pada jiwa-jiwa yang merindu hujan; sebuah
tawaran untuk berbuat baik, untuk berbagi dan mengumpulkan amal sebanyak
mungkin. Kelompok laki-laki mendapat bagian untuk melakukan penggalangan dana
di lantai dasar gedung baru, sementara tim perempuan mendapat porsi lantai dua
dan tiga. Tak menunggu waktu lama, semua yang ada disana berbondong-bondong
memberikan donasi terbaiknya, berharap segala pemberian terbaik itu akan
menjadi salah satu bekal di dunia selanjutnya.
Tak sampai disana, sebab mengajak
pada kebaikan tak sekedar pada sesama mahasiswa. Gerombolan pelangi itu lantas
bergerak ke gedung Dekanat, berniat menyeru kepada siapa saja yang ada disana
untuk ikut mendonasikan harta seikhlasnya demi sesama. Sambutannya ternyata
luar biasa, tak ragu apalagi takut-takut. Lembar-lembar uang itu satu demi satu
masuk ke dalam kotak kardus, membangkitkan semangat dan gairah untuk berbuat
baik bagi siapa saja.
Setelah perjuangan tak seberapa
lama, akhirnya para pejuang itu kembali ke gedung kemahasiswaan, tepat sebelum
waktu sholat Jumat berdentang. Menghitung hasil dan berdecak kagum sekaligus
bahagia. Total yang di dapat dalam rentang waktu sesingkat itu ialah Rp.1.132.500,-.
Terbukti,
orang-orang baik memang masih ada dan selamanya akan selalu ada.
Waktu terjeda beberapa lama.
Kelompok laki-laki bergegas menuju masjid, sementara tim perempuan masih
berdiam di gedung kemahasiswaan. Melanjutkan hitung menghitung, memperkirakan
harga-harga sembako dan mendesain banner yang akan dicetak. Perhitungan yang
dirasa cukup walau kurang dari matang. Setelah sholat Jumat berakhir, pembagian
tugas kembali dilakukan demi bergegas dengan waktu. Beberapa laki-laki
ditugaskan untuk mencetak banner, melakukan survey langsung ke lokasi bakti sosial
esok hari sekaligus meminta izin dari Kepala Desa setempat. Perempuan yang
tersisa pun sepakat untuk membeli sembako sesegera mungkin setelah mendapat
kabar dari tim survey lapangan bahwa ada tujuh rumah yang membutuhkan bantuan.
Berbelanja secepat mungkin, prosesi
setelahnya ialah membungkus sembako-sembako itu hingga menjadi tujuh paket
layak beri. Kegiatan resmi berakhir nyaris pukul enam sore, setelah diinterupsi
oleh kedatangan tim survey dengan banner siap pakai ditangan.
Sabtu,
17 Juni 2017
Bakti
Sosial dan Pembagian Ta’jil
Desa
Sri Banding, Pemulutan Barat
Awal pagi yang penuh semangat. Tak
sah rasanya perjanjian atau jalannya kegiatan tanpa embel-embel ngaret sebelumnya.
Keberangkatan yang sejatinya berlangsung sejak pukul 9 pagi itu molor hingga
pukul 10 pagi. Tak serta merta ketika seluruh panitia berkumpul, kepergian
lantas dapat langsung dilakukan. Beberapa perdebatan, adu mulut, saran
menyarani hingga hati yang pilih menerima pendapat yang lain. Bukankah biasa?
Setelah adu argument kecil, tujuh
paket sembako sepakat diangkut menggunakan becak motor, diikuti oleh 3 panitia
laki-laki di satu bentor yang sama. Panitia yang tersisa berangkat menggunakan
motor, diinterupsi oleh pembelian beberapa alat tulis sebagai hadiah untuk
adik-adik Ikatan Remaja Masjid Istiqomah, Pemulutan Barat.
Di tengah perjalanan, ketika tiga
panitia yang ikut menggunakan becak motor telah melaju lebih dulu, meninggalkan
panitia yang menggunakan motor beberapa kilometer dibelakang, ternyata
mengalami pecah ban. Berkejaran dengan waktu, dengan motor yang masih bisa
menampung tiga panitia terlantar itu, akhirnya adegan jemput menjemput pun
terjadi. Rangga Cinta romantis abis?
Tunggu sampai kalian memastikan betapa luar biasa kesetiakawanan mengalahkan
kisah Rangga dan Cinta yang katanya jelmaan Romeo dan Juliet versi Indonesia.
Hari merangkak nyaris setengahnya
ketika seluruh panitia sampai di lokasi. Berhenti dan mampir sejenak dirumah seorang
Aktivis Mahasiswa yang saat ini telah menjelma sebagai alumni Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Panitia laki-laki beristirahat di halaman, sementara
panitia perempuan mulai bergerak membungkus hadiah untuk adik-adik IRMA
Istiqomah.
Setelah sholat dzuhur, seluruh
panitia mulai bergerak ke rumah-rumah yang dituju. Membagikan sembako dan
bercakap-cakap dengan sasaran yang kebanyakan telah berumur lebih dari setengah
abad.
Rumah pertama yang kami datangi
adalah rumah sederhana milik nenek Rohana berusia 60 tahun. Ia menyambut kami
dengan senyum ramah. Pekerjaan sehari-harinya ialah menggarap sawah milik orang
lain dan dibayar dengan upah 30 ribu per hari.
Rumah kedua, adalah milik kakek
Julini, 50 tahun. Pekerjaannya kami perkirakan adalah nelayan. Kondisi fisik
yang tidak sama dengan orang lain, tidak menyurutkan semangatnya untuk mencari
nafkah.
Rumah ketiga, kami temukan setelah
sedikit tersasar. Rumah milik seorang nenek berusia 60 tahun yang dijuluki Bik
Kuning. Tak bisa berdiri dan tinggal seorang diri. Yang menarik, Bik Kuning
ternyata sudah lama tidak melihat apalagi makan buah kurma.
Rumah keempat, milik seorang nenek
di seberang rumah Bik Kuning, yang pada tahun 2015 kemarin sempat mendapatkan
bantuan dan sokongan untuk usaha songket. Nenek ini memiliki masalah dengan
pendengaran.
Di rumah kelima, kami menemui nenek
Nurima. Usianya 75 tahun, memiliki anak yang tinggal di luar daerah Pemulutan
Barat. Bicara nek Nurima lancar dan dapat berkomunikasi dengan baik. Uniknya,
salah satu panitia menyadari bahwa nek Nurima punya karakteristik berbeda dari
rumah-rumah sebelumnya, yaitu beliau memiliki sebuah gigi perak yang berkilauan
ketika tertawa.
Rumah keenam milik nek Maryam yang
latah. Usianya 72 tahun. Kocak, karena hampir setip percakapan dibubuhi
kelatahannya. Nek Maryam sehari-hari memanggang dan menjual kemplang. Di akhir
kunjungan, tak lupa nek Maryam mendoakan seluruh panitia agar mendapatkan
rezeki lancar dan dientengkan jodohnya. Panitia seketika baper.
Rumah terakhir rumah milik nek
Mokrohima, berusia 70 tahun. Pekerjaan sehari-hari ialah menggarap sawah miik
orang lain. Ketika kami datang ke rumahnya, beliau sedang tidak berada di
tempat. Menurut penjelasan tetangga, beliau tengah berada di sawah, sehingga
sembako untuk nek Mokrohima kami titipkan kepada nenek Maryam.
“Semoga
senantiasa terhimpun tiap-tiap hati yang mencintai karena Allah,
bernaung
dibawah jalinan kasih dan ukhuwah yang Allah sebagai pondasinya.”
Menjelang Ashar, rombongan bergerak
menuju Masjid Istiqomah. Berkenalan dengan adik-adik Ikatan Remaja Masjid dan
sesi tanya jawab yang dibagi dua kelompok; laki-laki dan perempuan. Sesi
berbagi pengalaman dijeda sejenak untk melakukan sholat Ashar berjamaah.
Setelah itu, panitia membagaikan hadiah berupa alat-alat tulis kepada seluruh
adik-adik IRMA yang hadir.
Sekitar pukul setengah lima sore,
rrombongan panitia bergerak pulang setelah berpamitan kepada adik-adik Ikatan
Remaja Masjid Istiqomah. Alhamdulillah, di perjalanan tidak banyak rintangan
yang terjadi, kecuali sepasang polisi yang sedang membeli takjil, namun kami
kira tengah merazia pengguna jalan.
Kegiatan masih belum berhenti. Beberapa
panitia yang tersisa, melakukan buka bersama di kost salah seorang panitia. Maka, nikmat Tuhanmu mana lagikah yang kau
dustakan?
***
Apakah episode berkah ini serta merta
berakhir? Tentu saja tidak. Sebab
beberapa jalan yang terlanjur membuat cinta, sama sekali tak terdapat alasan
untuk selesai atasnya.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada
seluruh mahasiswa KM FKIP UNSRI yang telah mendaulat dirinya sebagai panitia
kegiatan KM FKIP BERBAGI. Jujur, dengan tenaga terbatas, dana seadanya dan
waktu yang mepet, kita ternyata bisa membuat sebuah agenda yang membekas dan
jelas berkesan, bukan hanya untuk kita, namun di dalam hati orang-orang yang
menerima semua kebaikan.
Muhammad Yulianto, seorang yang di
daulat sebagai pemimpin kegiatan di hari H, Rudi Hermawan dan Dila Badiro tim
survey yang kadang membuat penulis naik pitam walau cuma sebentar haha, Aan
Irawan yang datang pada hari H dan membawa ide bagus namun tak bisa diterima
karena luar biasa terlambat, Nata Surya yang tinggal di Pemulutan Barat dan bertugas
sebagai mata-mata, dek Dermawan Urip Santoso yang telah sukarela membantu mendokumentasikan
kegiatan dan peka terhadap keterbatasan mbaknya ini hiksss, dek Doki Efendi yang
kocaknya luar biasa, Aditya yang punya ide garis lurus dengan penulis tetang
sistematika keberangkatan.
Saudariku Pepi Lestari yang
mengembangkan ide buka bersama Madani Islamic Circle menjadi sebuah agenda yang
lebih bermanfaat yaitu KM FKIP BERBAGI, wak Liska yang sudah berhasil kena ejek
oleh adek-adek di rumah kak Rudini wkwk, ukh Khoirun Nisa yang awalnya cuma mau bantu
galang dana, sosialisasi dan persiapan di hari Jumat namun termakan bujuk rayu
kami dan akhirnya ikut sampai agenda selesai di hari Sabtu, Ukh Tia Wulandari yang telah
menjalankan tugasnya dengan baik untuk sosialisasi dan penggalangan dana walau
tumbang di hari Sabtu dan tidak ikut bakti sosial, terakhiiiirrr the one and
only Nanad (Nadya Anggraini) yang telah bersedia menampung penulis menginap selama tiga malam
hahaha.
Tak lupa, orang-orang dibalik layar,
Mbak Rizka, kak Karman, kak Khairul dan kak Wawan yang telah memberikan support
dan motivasi sehingga agenda ini dapat berjalan.
Allah…
Kami
berhimpun di bawah naungan cinta-Mu
Izinkan
kami bersatu dalam ketaatan,
Memberi
dengan keiklasan,
Bermanfaat
sebanyak mungkin kepada sesama,
Menjadi
duta-duta kebaikan
Yang
nantinya akan kau ridhoi berkah dan doanya.
Hanya
kepada-Mu kami jatuhkan pinta,
Hanya
untuk-Mu segala puji dan syukur,
Untuk
anugerah yang tak terukur,
Untuk
jiwa yang Kau kabulkan segala harapnya.
KM FKIP BERBAGI
"Memberi dari Hati"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar