Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Kunjungi laman Blogger Perempuan dan baca tulisan saya melalui link berikut

Selasa, 09 Januari 2018

SYAWAL


SYAWAL
(Siti Sonia Aseka)


Bulan Syawal berlalu banyak. Jelang sepuluh hari terakhir, terhitung telah masuk sekitar lima belas undangan Walimatul Ursy. Belum lagi semua adalah kawan dekat, mbak-mbak seorganisasi bahkan, juga pembicara-pembicara kece di Daurah-Daurah kampus. Yang lebih parah, rata-rata Akhwat yang menikah adalah Akhwat satu fakultas, yang karena itu pertanyaan kapan nyusul serta merta usil dilontarkan rekan satu lingkaran. Pusing. Padahal, menurutku menikah bukan soal musim-musiman atau ajang siapa yang laku tercepat. Bukan itu tentu saja. Menikah bahkan punya makna luas yang aku sendiri belum bisa mendeteksi apa dan bagaimana. Hanya seringkali membaca beberapa cerita seputar pernikahan di blog atau situs menulis online.
            Berita terupdate hari ini masih seputar pernikahan Muzammil Hasballah dengan Sonia Ristanti. Semua Akhwat serta merta tersandung virus baper. Bahkan hastag Hari Patah Hati Dunia Akhirat pun memenuhi sosial media. Lepas dari kabar mengguncang dunia perakhwatan itu, muncul lagi kabar yang dijamin bikin seisi kost banjir air mata dan ingus membahana. Fatih Sefaragic yang diidam-idamkan oleh Akhwat seantero bumi pun kedapatan mengunggah foto cincin pernikahan. Apa nggak mati baper?

“Ya itulah kenapa kita kudu rajin memantaskan diri. Liat ikhwan-ikhwan zaman begini. Nyarinya ya akhwat total bukan gadungan, setengah taat setengah nanti-nantilah.”

            Itu kalimat Rini di suatu sesi sahur shaum syawal, ketika seluruh penghuni kost mengitari meja makan. Ike di sudut lain angguk-angguk pertanda ngantuk, sementara yang lain keliatan sibuk memilah menu mana yang mau diambil sebelum keduluan yang lain.

            “Heh, udah tahajud belum ente? Maen duduk aje.” Rini nyaris menggetok kepalaku dengan gagang centong.

            “Ye udah kali, mak.” Aku buru-buru melarikan paha ayam yang bila lengah sebentar saja, bakal ditarik tanpa ragu oleh Rasti yang keliatan sekali lapar pakai banget.

            “Ya Allah, iki opo?” suara Ana terdengar setengah memekik di seberang meja. Aku meringis.

            “Apa sih, Na? paling jadwal kuliahmu diundur lagi, kan?” Ike melirik kesal. Padahal kalau saja Ana nggak usil berteriak, dia sudah tertidur nyaman sambil ngunyah ayam.

            “Mbak Sari sama Bang Doni nikah wey Minggu depan!”

            Bunyi gradak gruduk terdengar riuh. Bahkan Rini yang sejak tadi paling bijak ikut-ikutan melompat ke arah Ana, merebut hp-nya yang entah sejak kapan sudah retak-retak tanpa dosa. Entahlah, mungkin penghuni kost kanan kiri yang juga tengah bangun sahur punya niat melempar kami dengan piring pecah belah atau sendok makan atau apa saja yang sekiranya bisa menimbulkan lebam.

            “Syawal oh Syawal, cobaan mu kok ya gini amat?” dalam gaduh masih sempat terdengar rintih hati Rini yang membuat kami cekikikan.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Miskonsepsi Pernikahan Dini dan Menikah Muda

Miskonsepsi Pernikahan Dini & Menikah Muda Oleh: Siti Sonia Aseka Pernah salah sangka soal narasi nikah muda, nggak? Bertahun lalu, saya...