Perlu saya runut bagaimana saya bisa berada di sini? Melalui terjal jalan, tikungan tajam, ratusan rambu lalu lintas, gedung-gedung, rumah-rumah, perkebunan, sawah dan hutan.
Kesimpulannya, semua yang saya lewati demi tiba di tempat ini bukan sesuatu yang dapat dikatakan mudah, ajaib saja, bahkan tanpa membutuhkan usaha. Saya yakin semua orang memiliki momentumnya sendiri, arena yang tidak sama dengan orang lain. Kesulitan, masalah, beban, segala kepahitan itu bersatu dan membaur sedemikian padu sampai pusing kepala.
Nah, jadi, setelah segala jatuh bangun itu, ternyata masih ada oknum yang tidak dapat mengerti dan semena-mena dalam laku.
Terkadang, kadang saja, saya merasa bahwa manusia memang lahir dan menghadapi fase ingin bergerak cepat tak peduli menghantam apapun di depan sana. Baik, buruk, halal, haram, yang penting tujuan yang ia inginkan tercapai secara sempurna, tanpa cela. Termasuk juga dengan tidak memikirkan orang lain, dzholim, mengharapkan hal besar dengan hanya berbuat kecil, memaksa orang lain padahal masih memanjakan diri sendiri, menjelaskan keinginan, menuntut, tanpa mau mendengar harapan dan permintaan sesama.
Ini yang perlu diluruskan, sebenarnya.
Siapapun jelas ingin cepat dalam menggapai obsesi. Siapa sih yang tidak? Tapi, segala hal punya cara. Manusia masih perlu diperlakukan dengan baik tanpa dibuat menderita oleh kita sebagai alasan.
Nanti, di hari akhir, alangkah lucunya ketika dalam antrian perhitungan amal, orang beramai-ramai menunjuk kita sebagai si menyebalkan yang suka memaksa-maksa, memerintah sesukanya, otoriter, dominan keras kepala, apa lagi? Ah, si tekak bantah juga, barangkali.
Ayolah, memikirkan orang lain tidak akan membuat kita kesusahan. Memudahkan orang lain juga tidak akan mendadak menjadikan kita kerepotan. Biasa saja, apa adanya. Jangan jadi pribadi yang dihindari sebab tidak nyaman diajak bicara. Jangan sampai konten perkataan kita hanya berisi perintah, instruksi dan paksaan. Halo? Coba berhenti sejenak dan berdamai dengan lingkungan, lalu pahami keadaan.
Yang lebih lucu lagi, fenomena yang mungkin bisa membuat kita ingin ngakak sekaligus menangis, adalah ketika seorang katakanlah anak buah yang bertingkah seolah lebih pintar, lebih tahu segalanya, lebih mengerti dan lebih kuasa ketimbang sang pemimpin.
Well, are you okay, dear?
Miris? Sangat.
I don't even know what he/she think about his/her leader and what's really happened between them. Perhaps, I will never know. But, come on! He/she is your leader, he/she is your representation, your role model. Don't be too much. Clear your job, do your own responsibility, enough. Don't blame anyone because of your anger to yourself.
Saya berkaca dari diri saya sendiri.
Sebab, pernah pada satu sisi saya merasa saya bisa melakukan lebih baik dari yang dilakukan oleh orang yang posisinya berada di atas saya.
Tapi, perasaan tersebut faktanya cukup untuk dinikmati sendiri saja. Karena, makin mendewasa, saya sadar bahwa pemimpin memang tidak berjalan selamanya sebagai sosok sempurna. Itulah guna kita sebagai bawahan; mengingatkan, bergerak bersama, memahami, memahamkan dan meraih harapan serta tujuan itu bersama juga.
Start from now, please, please... stop complaining, stop judging. Just be fine with everything, even if you are not feeling well, just keep silent. You can speak up when your time comes. Really.
Belajarlah untuk menghargai orang lain, terutama orang yang memiliki posisi, usia, pengalaman lebih tinggi ketimbang diri.
Kalau memang ingin memimpin, nanti.
Akan ada waktunya, akan datang saatnya. Sekarang, selagi masih diberi kesempatan sebagai yang dipimpin, maka nikmati dan jalankan dengan semaksimal dan sebaik-baiknya. Agar nanti kala menjadi pemimpin, kita bisa memahami dan mengerti posisi mereka yang kita pimpin.
Okay, I'm out over the place, anyway.
But, yeah. That's all.
Happy to see everyone in their own best place.
Fyuh~~
Siti Sonia Aseka
Palembang, 25 Februari 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Miskonsepsi Pernikahan Dini dan Menikah Muda
Miskonsepsi Pernikahan Dini & Menikah Muda Oleh: Siti Sonia Aseka Pernah salah sangka soal narasi nikah muda, nggak? Bertahun lalu, saya...
-
Jadi, pada senja yang nyaris rebah itu, ku telusuri jalanan padat lagi sempit. Demi satu porsi Gelato yang habis ditelan ingin, pada mas...
-
Urgensi Kemahiran Berbahasa Inggris di Era Modernisasi dan Globalisasi Sejak abad ke-18, bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa Internasio...
-
Miskonsepsi Pernikahan Dini & Menikah Muda Oleh: Siti Sonia Aseka Pernah salah sangka soal narasi nikah muda, nggak? Bertahun lalu, saya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar