Barangkali bila kita mampu mendinginkan kepala sedikit saja, menurunkan tensi lebih banyak, meredam amarah yang menggelora dalam dada, mendera ego, menggulung jiwa dalam gelombang emosi, mungkin perdebatan bahkan pertikaian hari itu, tak perlu terjadi, dan kita, tak harus terluka sampai merasa terhina begini.
Barangkali, dengan kata-kata yang terlontar, kalimat-kalimat tajam, menyakiti setiap jengkal rasa dan raga, idealisme kita perlahan terkikis, lantas habis, menyisakan kegelapan dalam pikir, membuat kita perlahan memaksa takdir untuk selalu dimenangkan atas segala situasi.
Maka ketika kalah, kala dihadapkan pada kenyataan yang tidak berpihak meski sedikit, kita merasa sakit, dikhianati, terpapar kekecewaan luar biasa dalam, meski harusnya diri menyadari, bukan lagi idealisme mendekati sempurna itu yang sungguh kita berpihak padanya, namun ego pribadi yang terluka.
Aku ingin berdiri di tengah-tengah, antara kemarahan dan kesedihan, di antara kekecewaan dan kehampaan, di antara kalian yang bertikai sebab selalu merasa benar. Tapi, hei, barangkali suatu waktu aku pun akan terjebak pada situasi demikian, tak mampu mengendalikan diri, dibenturkan pada tuntutan dan harapan orang-orang, kehilangan suara untuk bicara sebab terlalu sering terkungkung bisikan. Sampai mungkin aku bingung, mana dan apa suaraku yang sesungguhnya?
Masihkah aku memiliki keinginan?
Palembang, 11 November 2019
Siti Sonia Aseka
Tes
BalasHapusThank you for coming. Hope you enjoy this work 😊
Hapus