Kadang datang masanya kamu merasa nggak paham apa-apa tentang yang terjadi dalam hidup. Kayak semuanya bergerak super cepat dan kamu tahu-tahu ketinggalan kereta. Bengong dulu, nggak jarang memaki diri sendiri kenapa bisa luar biasa terlambat, atau malah mencari-cari objek yang sekiranya dapat disalah-salahkan. Hidup yang katanya nggak abadi juga punya pola; cepat-lambat, turun-naik. Dan dari semuanya, kita belajar (atau lebih tepat disebut 'dipaksa') untuk selalu mampu beradaptasi.
Tapi, tenang. Kereta selanjutnya selalu tersedia. Kamu bisa memesan tiket baru, lalu menaiki gerbong lain untuk sampai tujuan. Atau beranjak pulang ke rumah lagi, mengobrak-abrik daftar agenda yang sudah kamu susun untuk satu hari, demi melampaui spasi berisi kegiatan itu-itu saja. Kadang, kesialan sejenis sebenarnya menyediakan ruang sejenak bagimu untuk bernapas.
Dunia nggak semerta berakhir ketika kamu gagal mengejar satu hal. Dunia juga nggak mendadak menghakimi ketika kamu sedang merasa ada di fase bodoh-bodohnya.
Tentu, apapun opsi yang kamu pilih, semesta selalu menjejalkan makna-makna baru, salah satunya tentang esensi menunggu.
Meski begitu, walau waktu seolah mengejar sampai ujung horizon sana, kita selalu punya zona tenang untuk tidak buru-buru dan mengambil kesempatan demi bersantai dahulu.
Palembang, 1 Februari 2021
Siti Sonia Aseka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar