Suatu
ketika, berhenti pada satu titik untuk menengok pada titik lain adalah harus.
Untuk
membanding…
Untuk
mengukur…
Untuk
menghitung…
Sejauh
mana kemampuan untuk berteleportasi dari satu tempat ke tempat lain
dalam
kurun waktu kurang dari semestinya.
Suatu
masa, beristirahat sejenak dari sekian tekanan adalah wajib.
Untuk
bertahan…
Untuk
berobat…
Untuk
menjaga detak…
agar
tetap sesuai porsinya.
Bahkan
menangis, semenyedihkan apapun, tetap jalan terbaik ketika puluhan pundak tak
mampu menjadi tempat ternyaman untuk rebah.
Suatu
waktu, Tuhan izinkan kita menjadi diri sendiri saja.
Tanpa
peduli orang lain berkata apa, marah dan membatu jadi hal biasa.
Tak
gubris kata orang, entah A sampai Z yang kadang mendilema.
Suatu
hari, akan datang sebuah balasan.
Atas
kesabaran...
Atas segala ikhlas yang terlampau tak biasa.
Untuk
sekian kerja berharga.
Berbulan
berbilang tahun lamanya.
Ia
ada, dan akan diturunkan khusus kepada siapa saja yang menginginkannya.
Tentu
sepadan dengan usaha, tak pernah lebih apalagi kurang.
Maka,
kita biarkan luka menganga pada waktunya, dan sembuh pada saatnya.
Karena
tak semua orang akan bertanya tentang bahagia saja, namun ada kala kisah sedih
pun turut mengudara.
Agar
kita dapat memposisikan.
Ketika
suka…
ketika
duka…
ketika
dilanda perasaan tak bernama.
Ketjeee
BalasHapus