Senja
luka.
Malam
bungkam.
Kepingan
hari yang dirangkai sekotak dengan kenangan.
Kesibukan
masih sama, tawa masih ada, kerja tetap sesuai porsinya, mungkin bertambah
banyak.
Yang
beda hanya sesak, tengah malam gelisah, gundah sesorean.
Kemudian,
pagi datang, hari demi hari berjalan, begitu seterusnya.
Air
mata samar-samar, rumah kita beberapa kali disinggahi intervensi, bukan yang
terburuk paling tidak.
Kepala
riuh, sekitar gaduh.
Kala
diam, rindu melayang-layang, tersenyum, menghina, menggoda rasa.
Gamang.
Ia
menyebut beberapa nama yang berpulang.
Siang
gersang, angin perlahan usang.
Ilalang
pilih meranggas sebelum waktunya.
Beberapa
orang tak pernah benar-benar lupa.
Bahwa
sebuah kisah pernah terukir di suatu senja.
Tentang
pergi, tentang tawa yang hilang, tentang bahagia yang mengudara.
Senja
luka.
Malam
bungkam.
Kepingan
rasa dirangkai bersisian dengan doa.
Aku
masih sama, engkau telah beda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar