Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Kunjungi laman Blogger Perempuan dan baca tulisan saya melalui link berikut

Rabu, 08 April 2020

Trilogi Bagian 1: Kejora

 
"Jangan khawatir." Bisikan itu bergema dalam rungu ketika Kejora nyaris meninggalkan ceruk mimpi dan injak lantai dingin di sisi tempat tidur. Di luar, angin berhembus kacau, petir beberapa kali terdengar berdentum, sampai hujan lebat serbu atap meski redam sebelum mendarat di seluruh bagian rumah.

"Katakan pada mereka, kau pun membenci tiap inchi tanpa tapi. Manusiawi kehilangan daya tarik terhadap seseorang yang buatmu temukan suaka lain di ujung horizon sana, sedang ia duduk manis menanti entah tepat di sebelah. Kau berhak membenci apapun yang udarakan kebencian serupa terhadapmu."

Kejora tertawa kecil, mengangguk setuju. Ia usap air matanya tanpa pikir dua kali. Tantang dingin dengan raih remote air conditioner demi turunkan sampai ambang minimum suhu ruangan.

Dadanya sesak, kepalanya panas, tangannya gemetar dan hampir tak sanggup tekan tombol untuk kabulkan ingin; membeku merupakan kebiasaan yang mulai ia sukai.

Kejora sekali lagi menguarkan tawa. Beberapa detik sembur serapah di bawah napasnya. Terbatuk, bersin-bersin sejenak, pening menghantam disusul berkunang-kunang. Ia ingat, Rumpun-rumpun melati di halaman barangkali telah ramai patah sebab lakukan reuni panjang bersama hujan.

Ah, menyebalkan.

"Jangan khawatir." Suara itu terdengar lagi. Kejora tersenyum simpul. Bara dalam matanya berkobar riuh.

"Mereka hanya kehabisan bahan bakar untuk menjadi terbaik, lantas gagal temukan cara pintar, selain jadikanmu arang. Berharap kau terpanggang bagai abu. Melayang-layang sampai awan, lebur, lenyap. Bukankah demikian memang kinerja dengki dalam hapuskan eksistensi manusia menjijikan di atas muka bumi?"

Perempuan itu selalu setuju. Ia selalu mengerti. Suara-suara tersebut benar. Manusia-manusia busuk, memang pantas mendapat balasan berupa refleksi kejahatannya sendiri, bukan?

Bagaimanapun, mereka harus merasakan, bagaimana rasa sakit atas neraka kecil yang mereka buat sepenuh hati untuk orang lain. Dengan demikian, memang tak disangkal; cendala jelas bukan milik satu entitas saja.


Palembang, 8 April 2020
Siti Sonia Aseka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Miskonsepsi Pernikahan Dini dan Menikah Muda

Miskonsepsi Pernikahan Dini & Menikah Muda Oleh: Siti Sonia Aseka Pernah salah sangka soal narasi nikah muda, nggak? Bertahun lalu, saya...