GERIMIS
(SITI
SONIA ASEKA)
Tiada lagi kita. Ketika bertemu kau,
yang buru-buru ku lakukan adalah memalingkan wajah. Bertindak seolah tak
menyadari hadirmu, apalagi sampai tertangkap basah sedang menatapmu lama.
Padahal, ada banyak kata yang ingin ku urai dan ada begitu banyak tanya yang
menuntut untuk segera temukan jawabnya.
Situasi yang berbeda ini faktanya
menamparku keras-keras. Bahwa sebenarnya, bagimu rasa itu benar-benar telah
sirna. Hanya sisa aku yang masih kesulitan untuk memulai lagi dari bawah. Masih
bisa ku rasakan nyaman yang damai ketika secara tak sengaja mendengar namamu,
atau ketika kita tanpa sadar saling menatap walau hanya sekejap.
Senja yang hangat di Moonsun. Ice
coffee yang sejak tadi menemaniku sudah menyusut setengah. Jalanan nampak lengang,
membuat mata ini di dera bosan yang amat sangat. Eternal Sunshine dari KyuHyun
Super Junior di balik headsetku sudah berulang kali terputar. Tak jauh berbeda
dengan kondisi di luar, Moonsun juga hampir sama lengangnya. Hanya ada aku dan
dua orang pria bule yang sedang bercakap-cakap seru dari sisi lain ruangan.
Ini adalah kali pertama ku datangi
Moonsun seorang diri. Biasanya, aku selalu datang bersama Natan. Pria yang
selama dua puluh dua hari terakhir berusaha ku lupakan benar-benar. Sepi yang
hadir ini nyata sekali bagiku, tetapi entah baginya. Kabar terakhir yang ku
dengar, Natan telah berpacaran dengan seorang gadis. Lebih tepatnya, adik tingkat
kami semasa SMA. Sedikit melegakan mengetahui bahwa aku kenal gadis itu.
Cantik, pintar, dan ku akui ia lebih segala-galanya di banding aku. Natan
beruntung sekali.
Yang ku sadari kini, bahwa tak ada
lagi air mata. Aku senang mendengar ia mendapatkan yang lebih baik dariku dan
tentu lebih sanggup menuntun mimpi-mimpi besarnya. Hanya saja, terkadang masih
ada pertanyaan mampir tanpa dapat ku cegah lebih dulu. Tentang keberadaanku di
mata pria itu, atau tentang perasaannya yang sulit sekali ku tebak bagaimana
dan seperti apa. Sejak dulu dan hingga kini, sama saja.
Banyak
yang ku pikirkan setelah kau pergi
Setiap
kesempatan yang datang
Semua
pasti tentang dirimu
Aku
ingin menghapusmu
Tapi
juga masih ingin mengenangmu
Perasaan
hati berkecamuk di dadaku
Hari
ini, sama seperti kemarin dan esok
Aku
hanyut bagaikan butiran debu
Aku
coba membencimu
Kembali
mengingat bahwa kita sudah saling berpisah
Kemudian
hatiku hancur
Ketika
mendapati aku sama sekali tak bisa melupakanmu,
Hari-hari
berlalu seperti ini
Jika
aku memiliki kesempatan untuk menghapus kenangan ini,
Apa
yang harus ku lakukan?
Ketika
aku membuka mata di pagi hari
Dan
aku sudah melupakan semua tentangmu
Apakah
aku bisa hidup dengan nyaman?
Kaulah
orang itu,
Kaulah
kebahagiaan itu,
Kaulah
rasa sakit itu
Jika
semua itu menghilang,
Ku
pikir, aku juga akan menghilang
Lirik lagu KyuHyun yang satu ini
membuatku tersenyum. Cocok sekali. Dulu, Natan juga menyukai lagu ini. Sesuatu
yang bagiku tak biasa. Sangat jarang ku jumpai pria penyuka musik Korea, dan
aku bersyukur bahwa ia orangnya. Sejak pertama kami jumpa, sebelum mengucap
sepatah kata, ada bisikan kecil di hatiku yang mengatakan bahwa suatu hari
nanti, akan ada sesuatu di antara aku dan dia. Entahlah, seperti sesuatu yang
tak dapat terbaca. Lagi-lagi, firasat itu nyata adanya. Satu tahun setelah
pertemuan pertama, kami benar-benar terikat tanpa tau cara berpisah. Yah, walau
pada akhirnya saling melepas juga.
Aku
mencoba membencimu
Kembali
mengingat bahwa kita sudah saling berpisah
Kemudian
hatiku hancur
Ketika
mendapati, aku sama sekali tak bisa melupakanmu
Hari-hari
berlalu seperti ini
Apakah
ada tempat untukku bersembunyi?
Bersembunyi
dari semua kenangan ini
Semakin
ku coba menghapusmu,
Semakin
kau begitu berharga bagi hati ini
Aku
terus saja mengingatmu
Bagaimana
aku bisa melupakanmu?
Tidak
masalah jika aku hidup hanya dengan setengah jiwaku
Meski
aku harus hancur dalam air mata
Di
tengah semua kenangan ini
Semua
hariku…
Jika aku merasa sakit, itu benar.
Jika aku terluka, itu benar. Jika aku berdarah, itu pun benar. Ada begitu
banyak kenangan, dan dari sekian banyak, hanya sedikit yang mampu ku hapus
sedemikian halus. Perasaan ini, apa namanya?
Aku
tak bisa mengingat orang lain,
Namun
mengapa kau…?
Aku
sudah tidak memiliki kenangan lain
Tidak
masalah jika aku hidup hanya dengan setengah jiwaku
Meski
aku harus hancur dalam air mata
Di
tengah semua kenangan ini
Semua
hariku, adalah tentangmu….
Palembang,
20 Mei 2015
Kenangan
selalu berada di belakang,
Namun
tetap membayangi masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar