Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Kunjungi laman Blogger Perempuan dan baca tulisan saya melalui link berikut

Selasa, 09 Juni 2015

Cerpen (Hujan)


HUJAN
(SITI SONIA ASEKA)

Kepada seseorang,
Yang (masih) ku cinta dengan begitu dalam…

            Hari ke-28.

Masih di tempat yang sama, orang yang sama dan perasaan yang sama. Tepat di hari ini, aku menyadari satu hal. Kepergianmu, senyatanya hanya membuatku terbiasa dengan ketiadaan, namun tetap dengan hati yang tak ada ubahnya. Aku ingin memaafkanmu jika tak bisa dibilang melupakanmu, atau tetap disisimu sebagai seorang teman. Tapi faktanya, kau sama sekali tak memberiku kesempatan. Kita semakin jauh dan aku tak dapat lagi menjangkaumu.
Mengalami yang tak pernah terbayangkan adalah masa-masa sulit, dan aku sedang berada di fase itu sekarang. Perpisahan memang bukan akhir dunia ataupun kematian yang tiba-tiba. Perpisahan hanya soal kesiapan mengenai banyak hal yang takkan lagi sama.


Aku bangkit dari ranjang, masih dengan nyawa yang setengah hilang. Berjalan terseok menuju dapur lalu menyeduh kopi untuk membuka pagi beraroma sepi (lagi-lagi). Udara terasa lembab di kulitku. Mungkin karena hujan yang turun semalaman, atau memang perasaanku saja yang selalu lembab setiap saat? Entahlah, aku enggan memikirkannya. Ku nyalakan TV yang dalam dua hari terakhir seolah tak dianggap ada. Sama sekali tak tertarik untuk menyimak berita, aku bergerak malas-malasan menuju jendela. Begini lebih baik, lebih ramai di telinga.
Aku menatap ponsel yang terbujur kaku di atas nakas. Tak ada dering sama sekali, membuat seulas senyum tipis tersungging di bibirku. Senyum yang kemudian berubah jadi isak kecil. Ada sesak yang mampir tiba-tiba. Sesak yang sama dengan kemarin dan kemarin kemarinnya lagi. Setiap pagi, selalu di awali dengan hujan di pipi.
Harusnya aku terbiasa tanpamu, tanpa kita. Dua puluh delapan hari yang bagiku tak ubahnya bom waktu. Kita mengurai spasi selebar ini sekarang, namun tetap saja hatiku tak dapat menjeda. Aku ingin mengatakan betapa aku merindu. Tapi untuk apa? Perasaanku sama sekali tak berarti. Tak peduli seberapa aku meronta untuk kembali seperti dulu, ketika semua masih dalam kendaliku. Kita tetap saja di posisi ini; luka yang terbisukan fakta.
Lukaku mungkin tak kau rasakan juga, karena sekarang kau telah punya dia. Coba beritahu aku caranya menghapus rasa sedemikian cepat, atau ajari saja aku cara yang lebih baik dari menghapus; membenci.


Beginilah caraku melalui pagi. Dengan kopi, dengan sepi, lalu dengan air mata di pipi. Dapatkah kau bayangkan betapa hancurnya?
Kita hanya dua insan yang saling bertemu di perjalanan. Ketika di hadapkan pada persimpangan, aku menyadari bahwa sesungguhnya kita tak memiliki tujuan yang sama. Aku ke kiri sementara kau ke kanan. Tak pernah ada kata satu pada kenyataannya. Tetapi, mengapa? Apa maksud Tuhan mempertemukan kita?
Aku terlalu bodoh untuk menemukan jawabnya. Ketika hati kembali sesak, aku hanya dapat menangis, kemudian mengingat setiap kenangan, yang berarti juga mengingat luka.


Palembang, 26 mei 2015.
Dariku, untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Miskonsepsi Pernikahan Dini dan Menikah Muda

Miskonsepsi Pernikahan Dini & Menikah Muda Oleh: Siti Sonia Aseka Pernah salah sangka soal narasi nikah muda, nggak? Bertahun lalu, saya...