Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Kunjungi laman Blogger Perempuan dan baca tulisan saya melalui link berikut

Minggu, 09 Desember 2018

Dear, Wattpad 💜

DEAR, DUNIA JINGGA YANG BAGIKU SEMESTA
Khusus untuk author-author berbakat nan menginspirasi,
semoga kesempatan baik mengizinkan kita bertemu di dunia nyata yang riuh ini.



Sebelum membaca, seduh setidaknya secangkir kopi dulu, biar tidak ngegas-ngegas amat.

☕☕☕

Okay, jadi, harus kita mulai dari mana segala ketidakpentingan ini?
Baiknya dari awal saya kenal Wattpad saja, mungkin. Semoga tidak terlalu panjang, aamiin.

Jadi, awal mula saya mengenal Wattpad adalah di tahun 2015, saat libur lebaran, kalau tidak salah? Saya pun lupa kapan pastinya.

Jadi, seorang teman sejak zaman TPA (ketika diri masih luar biasa bocah polos nan lugu) membuka sebuah ruang konversasi di kolom chat, menanyakan tentang beberapa hal, lalu menjurus ke jenis bacaan. Kemudian, beliau merekomendasikan satu cerita berjudul 'The Sweetest You' yang ternyata ditulis di sebuah platform menulis online bernama Wattpad. Saat itu, saya sama sekali tidak berminat mendownload aplikasi tersebut, namun sangat tertarik untuk membaca cerita yang direkomendasikan. Jadilah saya iseng men-search 'The Sweetest You' beserta nama akun authornya di Google. Tada! Ternyata bisa, saudara-saudara! Saya bacalah itu cerita dari awal sampai akhir. Sedih, sampai nangis-nangis. Tapi, saya masih merasa aneh. Pasalnya, seolah cerita yang saya baca itu melompat-lompat atau katakanlah tidak lengkap di beberapa bagian. Memang masih nyambung sih di kepala. Tapi, sayang sekali kan kalau ternyata ada adegan yang terlewat barang sedikit, mana tahu penting.

So, berbekal niat yang lurus demi membaca 'The Sweetest You', saya instal-lah dunia oranye penuh drama ini di ponsel saya. Saya follow authornya, saya masukkan ke perpustakaan ceritanya, saya beri vote dan komentar, lalu saya mulai membaca lagi dari awal. Benar dugaan saya. Ada beberapa scene yang terpotong dan tidak tertampil ketika membaca via web biasa.

Ternyata, tulisan mbak authornya tidak cuma satu. Ada beberapa cerita lagi yang seluruhnya saya baca dan saya masukkan ke perpustakaan. Percaya atau tidak, cerita-cerita itu bahkan saya baca berulang-ulang tanpa bosan.

Sampai tahun 2016 atau 2017, saya masih aktif menggunakan Wattpad, bahkan telah ikut mempublikasikan beberapa karya juga. Tapi, di tahun 2017 atau 2018 awal, mbak author yang tulisannya menurut saya sangat luar biasa itu memutuskan untuk menghapus seluruh karya yang telah beliau publish, karena alasan kesibukan. Saya maklum, sih. Beliau baru lulus S2, dosen muda pula, membina beberapa kelompok pekanan juga sepertinya. Jadi ya, begitulah. Saat itu bisa dikatakan saya mengalami patah hati parah. Karena selama bertahun-tahun, yang saya baca hanya karya si mbak. Tidak tertarik membaca kisah dari author lain.

Saya sempat vakum dari dunia Wattpad sekitar setengah tahun bahkan lebih. Aplikasi itu bersawang dan nampak sepi di ponsel saya. Tidak ada notifikasi, tidak ada sesuatu yang membuat saya tergerak untuk membukanya lagi.

Hingga pertengahan tahun 2018, mbak author kesukaan saya kembali (yeay!) dengan tulisan 'A Flash Fiction' yang memang tampaknya hanya sebagai sarana pengalih stress dari rutinitas pekerjaan menyebalkan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Cerita yang beliau tulis masih tidak jauh berbeda dengan yang lama. Seputar kisah perjalanan menuju keputusan untuk menikah oleh perempuan lajang, mapan, cerdas, dan menyenangkan. Menurut saya, sang author menuliskan kisahnya sendiri yang dimodifikasi sedemikian rupa. Tidak tahu kalau salah, ya. Hanya saja konklusi saya mengarah ke sana.

Pertengahan tahun ini pun, saya sedang suka-sukanya memburu dan membaca fanfiksi dari salah satu grup idola Korea. Beberapa author populer beserta karya-karyanya saya ikuti dan saya baca.

Jujur saja, saya merasa kecewa dengan beberapa orang yang menganggap bahwa author fanfiksi adalah manusia yang hanya mendompleng popularitas idolanya demi keuntungan pribadi semata. Bahkan ada pula yang terang-terangan menuduh author-author ini sebagai penulis amatir tak berbakat.

Serius, kalau isi kepala kalian begitu, mending main lebih jauh lagi, deh. Sampai itu kaki bisa ngomong bahwa mereka capek dibawa ke sana ke mari demi meluruskan otak pemiliknya yang bengkok.

Oke, balik lagi ke topik.
Jadi, dari sekian banyak author fanfiksi itu, ada satu yang benar-benar membuat saya tertarik. Kisah yang dia tulis benar-benar jenis alternative universe dan diluar bayangan. Ya, coba di mana lagi bisa menemukan nama-nama idolamu yang berperan sebagai penderita kepribadian ganda, pecandu narkoba, perokok, dan kengerian sejenis selain di karya author ini? Mungkin ada, dan jelas pasti ada. Tapi dengan tanpa keraguan atau ketakutan untuk melompati batas kewajaran demi menjaga image sang idola, sepertinya langka, benar kan?

Ketika saya sudah benar-benar tertarik dengan satu author, maka akan saya cari sampai ketemu akun media sosial mereka yang lain. Terniat, memang. Tapi, itulah salah satu cara saya memahami pola pikir mereka, supaya ketularan keren juga. Hahaha... bercanda.

Jadi, dalam rentang tiga tahun, perpustakaan Wattpad saya yang awalnya hanya berisi paling banyak 12 karya, mendadak bertambah menjadi nyaris ratusan. Luar biasa, memang. Dan dari kisah-kisah itu, ada beberapa yang sudah dibukukan dan dihapus beberapa bagian demi kepentingan penerbitan oleh sang author. Keren kan penulis-penulis ini?

Walau tidak memungkiri juga, saya terkadang menyaksikan perbedaan signifikan antara satu author dengan author yang lain. Ada yang memang menulis karena dia suka, enjoy dan cinta. Namun ada juga yang menulis karena memang itu full time jobnya. Apa bedanya? Jelas ada. Contohnya nih, satu author menulis kisah karena dia tertarik dengan topik yang ingin dia angkat. Akan ada masanya dia sibuk, atau bosan, atau sekedar malas memosting dan menulis kelanjutan kisah. Ketika pembacanya menagih untuk melanjutkan cerita, ya dia bisa mengabaikan saja, dong. Kan itu tulisan dia, ide dia, akun dia, hak dirinya mau melanjutkan ceritanya atau tidak. Kok pembaca yang repot? Hm....

Beda lagi kalau yang menulis adalah full time author. Biasanya mereka sudah punya jadwal rutin memosting dalam satu minggu. Lengkap dengan hari dan pukul berapa. Aman terkendali. Biasanya sih, setelah kisah tersebut tamat dan minat pembaca yang stabil bahkan meningkat, tulisan tersebut bisa saja dibukukan dalam bentuk fisik.

Tapi, kembali lagi. Semuanya soal profesionalitas juga. Ada yang tidak mematenkan diri sebagai full time author namun berdedikasi dan konsisten dalam mempublish cerita.

Tentang tagih menagih macam hutang piutang antara author Wattpad dan pembacanya ini kadang menyulut tawa juga sebenarnya. Karena saya sudah pernah menjadi salah satu dari mereka (author) bertahun-tahun lalu, saya mengertilah ya, bagaimana rasanya dipaksa menulis saat sedang tidak mood, dipaksa membalas komentar pembaca satu per satu dengan seramah dan sehangat mungkin, membaca komentar yang seluruh isinya nyaris hanya kata 'Next' atau 'Lanjut' atau agak panjang dikit 'Lanjuuuut....'

Menyebalkan, ya?

Oh iya, dan bicara soal untung-untungan juga, nih. Saat ini saya senang sih, semakin banyak author yang tergerak untuk membukukan karya mereka. Paling tidak mereka sadar kalau estetika dunia, salah satunya tulisan, patut diapresiasi, contohnya dengan mengabadikan mereka selain dalam ingatan juga dalam genggaman.

Tapi, khusus author fanfiksi, menurut saya ada beberapa pemahaman yang berbeda dari beberapa orang juga. Salah satu yang paling mencolok adalah soal memilih penerbit. Lihat kan, kalau sekarang di toko buku banyak sekali kita jumpai fanbook dan bahkan beberapa mungkin sudah pernah kita baca di Wattpad sebelum dihapus separuh atau lebih bagian demi kepentingan penerbitan oleh penulisnya.

Well, tapi tentu, ada juga beberapa fanbook yang tidak bisa kita temui begitu saja di toko-toko buku. Dengan kata lain, sang author memang membukukan karyanya namun dengan pilihan alternatif selfpublishing.

Jadi, kalau author fanfiksi lain yang kebetulan menerima tawaran penerbit mayor untuk menerbitkan buku, biasanya akan menerima bantuan berupa tim editor, illustrator, dan lain sebagainya sebagai penunjang kesempurnaan buku yang akan diterbitkan demi memenuhi ekspektasi pembaca. Deadline juga biasanya ditentukan oleh penerbit. Kapan seluruh bab harus selesai, kapan revisi harus kelar, cover apa yang akan dipakai (walau ini melibatkan penulis originalnya juga), bahkan sampai keuntungan pun akan mengalami istilah perundingan panjang.

Nah, berbeda dengan selfpublishing. Dengan cara ini, penulis merangkap sebagai editor, illustrator, dan penerbit secara bersamaan. Kebayang kan betapa hecticnya? Biasanya karya dengan selfpublishing hanya bisa di dapat melalui OPEN PO dan tidak dijual dimana pun. Jadi, kalau authornya buka PO, bagusnya kamu segera booking deh, sebelum menyesal. Memang prosesnya lebih lama dari fanbook yang diterbitkan oleh penerbit mayor, sih. Tapi, saya justru lebih suka author yang memilih selfpublishing sebagai jalur penerbitan. Kenapa? Karena menurut saya, author yang seperti itu lebih menghargai idolanya dengan tidak menjual nama idola tersebut demi popularitas dan keuntungan pribadi. Tapi, ini hanya pendapat saya, ya. Serius. Saya tidak memengaruhi orang lain untuk berpikiran serupa.

Balik ke Wattpad lagi. Semakin ke sini, menurut saya Wattpad makin dikenal. Entah di kalangan remaja yang sedang cinta-cintanya dengan K-Pop, di kalangan mahasiswa yang sedang sibuk mencari jurnal, atau bahkan kalangan pekerja yang sekedar mencari hiburan demi menghilangkan penat. Berbagai kepentingan dalam satu wadah, tidak masalah dong ya, selagi tidak menyulut lempar-lemparan sandal hahaha.

Selain sebagai sarana membaca yang menyenangkan, Wattpad juga menurut saya menjadi tempat yang tepat untuk meletakkan satu sisi dari diri saya yang lain, yang tidak bisa saya tampilkan di dunia nyata dengan seaman dan senyaman-nyamannya.

Tahu sendirilah, kalau sekarang agak drama dan puitis dikit dianggap galau, peduli dan perhatian dikit dikira baper, nangis dan kecewa sampai merajuk sebentar disangka lebay. Padahal oh padahal, ini hanya soal mengolah rasa, saudara-saudara.

Okay, lanjut, deh.
Saya mulai ngelantur.

Intinya, sejauh ini saya bahagia menjadi bagian dari Wattpad. Saya bisa menjadi diri saya sendiri, bisa menyalurkan hobi, bisa bertemu dan berteman dengan orang-orang baru, bisa mengasah bakat dan menambah kosakata, juga bisa mencari serta menjadi inspirasi (semoga).

Daaan...
Ada beberapa hal yang perlu diketahui, sih. Entah related atau tidak. Dibaca sajalah.

1. Tidak semua orang mau memberikan rekomendasi bacaan yang mereka baca di Wattpad (Jadi, please, jangan suka minta rekomendasi cerita. Mandiri, cari sendiri!)

2. Tidak sepanjang waktu author Wattpad itu ramah. Mereka manusia biasa, bukan malaikat. Jadi jangan berharap komentar dan pesanmu selalu dibalas dengan nada bersahabat. Mereka punya kehidupan nyata yang harus diurus juga.

3. Percayalah, author Wattpad tidak suka ditagih untuk melanjutkan cerita.

4. Author Wattpad akan sakit mata dan memilih untuk tidak membaca kolom komentar kalau isinya hanya sekedar 'Next' atau semacamnya.

5. Sebagai pembaca yang baik, cobalah luangkan beberapa detik untuk memberi vote terhadap karya yang kamu baca. Menghargai author itu sederhana, loh. Yuk, saling membahagiakan.
Eaaaa

Jadi, untukmu pecinta dunia jingga yang sama, yuk mulai menjadi pembaca yang menyenangkan dan penulis yang dirindukan.

Jangan banyak menuntut author dan jangan menjadi author yang terlalu banyak berharap.

Menulislah karena kamu ingin,
membacalah karena kamu suka.

Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Kalau bukan kita, siapa lagi?
Kalau tidak Wattpad, apa lagi?

"Blog dong, Son."

-____- Suka gitu deh.

__

Palembang, 8 Desember 2018
Siti Sonia Aseka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Miskonsepsi Pernikahan Dini dan Menikah Muda

Miskonsepsi Pernikahan Dini & Menikah Muda Oleh: Siti Sonia Aseka Pernah salah sangka soal narasi nikah muda, nggak? Bertahun lalu, saya...