Tempat ini masih sama.
Tak berbeda sejak empat tahun terakhir, ketika aku memilih pergi dan tak menyentuhnya lagi.
Sayangnya aku datang di musim berbeda. Memaksa nostalgia tak temukan titik penyatuan yang sesungguhnya.
Ketika aku menguatkan hati untuk kembali kemari, mengingat semuanya lagi, mengenang segala sesuatu yang pernah terjadi, aku mengalahkan rasa takutku dan menutupi celah kerapuhan di hati ini.
Berusaha terlihat baik, walau nyatanya sungguh terbalik.
Aroma kopi yang khas menyadarkanku, bahwa tempat ini benar-benar menyimpan ribuan kenangan yang tak terusik sedikit saja. Masih berada pada tempatnya dan tak berpindah.
Ketika kita pertama kali bertemu, ketika kita pertama kali bicara satu sama lain, ketika kita tertawa untuk alasan yang sama, ketika kita menatap ke arah objek yang satu, ketika kita bernaung di bawah langit yang sama, bahkan ketika kita memutuskan untuk berpisah, lalu memilih jalan berbeda.
Segalanya tentang kita, ada disini.
Dan aku masih tak paham, sebenarnya apa yang kita cari?
Ketika penyatuan yang dulu terasa indah tanpa kenal akhir, harus selesai bahkan sebelum dimulai.
Dan ketika perpisahn menjadi pilihan, kita pun tak kunjung temukan bahagia seperti yang pernah kita ikrarkan bersama-sama.
Salahkah?
Apa benar bahwa kebersamaan dan perpisahan ini adalah dosa?
Jika ia, haruskah kita menyalahkan pertemuan? Bukankah itu akan sama artinya dengan menggugat Tuhan dan takdir-Nya?
Seandainya saat ini, kamu ada disini.
Seandainya saat itu, kita tak berada pada puncak emosi.
Seandainya perpisahan itu dapat sama-sama kita hindari...
Mungkin takkan ada luka separah ini, dan takkan ada tangis yang menghiasi.
Namun kini semua berbeda.
Kalaupun Tuhan mengizinkan pertemuan sekali lagi, mungkin hanya untuk menyadarkan kita bahwa pernah ada kebersamaan yang mengikat memori. Bukan untuk bersatu kembali seperti waktu yang lalu, saat aku dan kamu masih menjadi kita. Saat kita, berharap ada pada keabadian, selamanya.
Tak berbeda sejak empat tahun terakhir, ketika aku memilih pergi dan tak menyentuhnya lagi.
Sayangnya aku datang di musim berbeda. Memaksa nostalgia tak temukan titik penyatuan yang sesungguhnya.
Ketika aku menguatkan hati untuk kembali kemari, mengingat semuanya lagi, mengenang segala sesuatu yang pernah terjadi, aku mengalahkan rasa takutku dan menutupi celah kerapuhan di hati ini.
Berusaha terlihat baik, walau nyatanya sungguh terbalik.
Aroma kopi yang khas menyadarkanku, bahwa tempat ini benar-benar menyimpan ribuan kenangan yang tak terusik sedikit saja. Masih berada pada tempatnya dan tak berpindah.
Ketika kita pertama kali bertemu, ketika kita pertama kali bicara satu sama lain, ketika kita tertawa untuk alasan yang sama, ketika kita menatap ke arah objek yang satu, ketika kita bernaung di bawah langit yang sama, bahkan ketika kita memutuskan untuk berpisah, lalu memilih jalan berbeda.
Segalanya tentang kita, ada disini.
Dan aku masih tak paham, sebenarnya apa yang kita cari?
Ketika penyatuan yang dulu terasa indah tanpa kenal akhir, harus selesai bahkan sebelum dimulai.
Dan ketika perpisahn menjadi pilihan, kita pun tak kunjung temukan bahagia seperti yang pernah kita ikrarkan bersama-sama.
Salahkah?
Apa benar bahwa kebersamaan dan perpisahan ini adalah dosa?
Jika ia, haruskah kita menyalahkan pertemuan? Bukankah itu akan sama artinya dengan menggugat Tuhan dan takdir-Nya?
Seandainya saat ini, kamu ada disini.
Seandainya saat itu, kita tak berada pada puncak emosi.
Seandainya perpisahan itu dapat sama-sama kita hindari...
Mungkin takkan ada luka separah ini, dan takkan ada tangis yang menghiasi.
Namun kini semua berbeda.
Kalaupun Tuhan mengizinkan pertemuan sekali lagi, mungkin hanya untuk menyadarkan kita bahwa pernah ada kebersamaan yang mengikat memori. Bukan untuk bersatu kembali seperti waktu yang lalu, saat aku dan kamu masih menjadi kita. Saat kita, berharap ada pada keabadian, selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar