Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Kunjungi laman Blogger Perempuan dan baca tulisan saya melalui link berikut

Minggu, 19 April 2015

Cerpen Romansa Islami (Fasting Edition)

 
Kamu ada di depan sana. Bersih dalam balutan putih nan suci. Damai senyummu, teduh pandanganmu, hanya dapat ku nikmati dalam hati yang tak henti memuji Sang Ilahi.
Pintu masjid penuh sesak oleh orang-orang yang hendak keluar, menunggu giliran. Dan aku begitu malas untuk ikut serta di dalamnya.
Posisiku masih sama. Duduk bersila, menundukkan kepala, dengan mukena yang tetap melekat di raga.
Alunan suara mu yang mengalun memenuhi masjid membuatku betah dalam diam yang lama.
Subhanallah...
Merdu sekali Ya Tuhan..
Betapa agungnya Kau limpahkan anugerah itu kepada pria terkasih.
Ku resapi bait demi bait ayat-ayat Tuhan yang kau baca.
Kurasakan syahdu yang lebih dari sebelumnya. Malam pertamaku di masjid ini, ibadah pertama di bulan nan fitri, ternyata ku lalui dengan begitu hebatnya.

***

Masjid telah sepi. Aku keluar dengan hati yang bagaikan terlahir kembali.
Ku lihat bulan menerangi kelamnya malam hari ini.
Ku dekap sajadahku erat. Senyum tak lepas menghias wajahku yang di bingkai jilbab berwarna biru pekat.
Baru ku sadari, waktu bergulir begitu cepat.

Ayah masih ada di dalam. Mungkin akan keluar sebentar lagi. Aku menunggu sembari memainkan ponsel yang sedari tadi ku matikan.
Ada beberapa pesan, menunggu balasan.

"Annisa."
Aku menoleh, mendapati ayah berdiri penuh senyum di wajahnya. Membuatku tak bisa menolak untuk melakukan hal yang sama.
"Ayah.." ku raih tangannya, ku salami dengan penuh hikmat.
"Oh ya, nak Affan, ini putri bapak. Annisa namanya."
Pria di samping ayah tersenyum padaku, sembari menangkupkan kedua tangannya di depan dada, dan aku pun berbuat hal serupa.
"Affan."
"Annisa."
Cepat-cepat ia menundukkan kepalanya, sebelum kemudian ku dengar ayah bersuara.
"Mari pulang. Sudah malam."
Ku biarkan ayah dan Affan berjalan di depan, sementara aku membuntuti di belakang. Sesekali dapat ku dengar perbincangan hangat mereka mengenai banyak hal. Tawa kedua pria di hadapanku sesekali memecah kesunyian malam. Bagaikan musik tersendiri bagi langkahku yang tadinya melemah karena kantuk yang melanda.

Suara indah ketika melantunkan ayat-ayat Allah tadi ternyata begitu lembut jika terdengar langsung di telinga.

Lengkap sudah malam ini, Tuhan.
Bisakah setiap hari ku lalui seperti ini?
Bersama damai-Mu yang mengusik hati, dengan berjuta rahmat-Mu yang menyelimuti nurani.
Hanya terimakasih atas ini, tak ada yang lain lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Miskonsepsi Pernikahan Dini dan Menikah Muda

Miskonsepsi Pernikahan Dini & Menikah Muda Oleh: Siti Sonia Aseka Pernah salah sangka soal narasi nikah muda, nggak? Bertahun lalu, saya...