Hujan kembali mampir sore ini.
Aku, seperti biasa. Duduk di antara kerumunan orang yang berkicau ria. Mengalahkan gemuruh hujan, tak peduli pada percikan air yang singgah ke tubuh mereka.
Seolah tak kedinginan, tak merasa terusik sedikit saja.
Aspal tampak basah.
Udara meniupkan nafas lembab dimana-mana.
Dedaunan bergoyang mengikuti kemana desah angin membawa mereka.
Masih pada posisi yang sama; aku tak hendak berpaling ataupun memejamkan mata.
Suasana ini terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.
Angin menampar tubuhku berkali-kali. Mantap membungkus setiap celah kosong tak terisi.
Kacamataku berembun.
Jari-jariku mengepal menjaga hangat untuk diikat.
Dan memori seketika terputar lagi.
Sungguh, ini lebih buruk daripada terjebak hujan yang entah kapan kan berhenti.
Terlalu menyakitkan memang. Ketika aku dipaksa untuk merindu (mungkin) sendirian. Menanti kabar, memperlebar sabar agar hati tak hendak berhenti di tepian.
Aku hanyut bersama sepi.
Sunyi yang datang bertubi-tubi.
Berharap satu pesan singkat dapat sedikit menghangatkan situasi.
Aku rindu getar itu.
Malu yang seketika menghampiriku ketika menatap matamu.
Sengatan listrik tak tampak yang memerintah tubuh untuk mati suri beberapa waktu.
Segalanya tak lagi sama, kini.
Hari-hari seolah kosong tak terisi, tak berarti.
Seperti aku kehilangan separuh jiwaku pergi.
Ketika dengan penuh kesungguhan hati ku katakan, bahwa kamu adalah salah satu harta yang selama ini kucari.
Satu tepukan pelan menyadarkanku dari tontonan semu.
Memberitahuku bahwa hujan telah berhenti, menyisakan sedikit gerimis di sekitar sini.
Matahari telah tak tampak lagi.
Mungkin sudah saatnya ia menyinari bagian bumi yang lain.
Meninggalkan aku disini, yang masih terbebani hati.
Terikat oleh sesuatu yang tak tampak, namun pasti.
Berada di antara tiang-tiang kekuatan yang dibangun bersama-sama, namun hanya dijaga seorang diri.
Sama seperti hari kemarin.
Nampaknya, aku harus mengakhiri hari sendirian lagi.
Aku (tetap) menunggu dalam rindu.
Mengharap waktu dapat sedikit membantuku, menyampaikan padamu bahwa aku hanya butuh satu; kamu.
Aku, seperti biasa. Duduk di antara kerumunan orang yang berkicau ria. Mengalahkan gemuruh hujan, tak peduli pada percikan air yang singgah ke tubuh mereka.
Seolah tak kedinginan, tak merasa terusik sedikit saja.
Aspal tampak basah.
Udara meniupkan nafas lembab dimana-mana.
Dedaunan bergoyang mengikuti kemana desah angin membawa mereka.
Masih pada posisi yang sama; aku tak hendak berpaling ataupun memejamkan mata.
Suasana ini terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.
Angin menampar tubuhku berkali-kali. Mantap membungkus setiap celah kosong tak terisi.
Kacamataku berembun.
Jari-jariku mengepal menjaga hangat untuk diikat.
Dan memori seketika terputar lagi.
Sungguh, ini lebih buruk daripada terjebak hujan yang entah kapan kan berhenti.
Terlalu menyakitkan memang. Ketika aku dipaksa untuk merindu (mungkin) sendirian. Menanti kabar, memperlebar sabar agar hati tak hendak berhenti di tepian.
Aku hanyut bersama sepi.
Sunyi yang datang bertubi-tubi.
Berharap satu pesan singkat dapat sedikit menghangatkan situasi.
Aku rindu getar itu.
Malu yang seketika menghampiriku ketika menatap matamu.
Sengatan listrik tak tampak yang memerintah tubuh untuk mati suri beberapa waktu.
Segalanya tak lagi sama, kini.
Hari-hari seolah kosong tak terisi, tak berarti.
Seperti aku kehilangan separuh jiwaku pergi.
Ketika dengan penuh kesungguhan hati ku katakan, bahwa kamu adalah salah satu harta yang selama ini kucari.
Satu tepukan pelan menyadarkanku dari tontonan semu.
Memberitahuku bahwa hujan telah berhenti, menyisakan sedikit gerimis di sekitar sini.
Matahari telah tak tampak lagi.
Mungkin sudah saatnya ia menyinari bagian bumi yang lain.
Meninggalkan aku disini, yang masih terbebani hati.
Terikat oleh sesuatu yang tak tampak, namun pasti.
Berada di antara tiang-tiang kekuatan yang dibangun bersama-sama, namun hanya dijaga seorang diri.
Sama seperti hari kemarin.
Nampaknya, aku harus mengakhiri hari sendirian lagi.
Aku (tetap) menunggu dalam rindu.
Mengharap waktu dapat sedikit membantuku, menyampaikan padamu bahwa aku hanya butuh satu; kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar