Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Kunjungi laman Blogger Perempuan dan baca tulisan saya melalui link berikut

Senin, 19 Maret 2018

PEREMPUAN MENGANGKASA



PEREMPUAN MENGANGKASA
Siti Sonia Aseka

“Untukmu, perempuan.
Engkau harusnya bangga. Dalam keadaan fisik yang tak sekuat baja, dengan hati yang lebih halus dari sutera, kau tetap bisa berbuat lebih banyak dan sebenar hebat dengan menebar manfaat tanpa kenal sudah.”

            Sejatinya, manusia adalah pembelajar. Terkhusus perempuan, makhluk yang ulung dalam mengingat dan ahli soal perasaan. Menjadi perempuan, hati mungkin pernah terbersit rasa iri terhadap kaum lelaki. Dengan jumlah populasi perempuan di muka bumi yang berbanding lebih dari dua kali jumlah lelaki, sudah barang tentu persaingan menjadi lebih sengit lagi. Kompetisi adalah harga mati, atau menyerah yang berarti mati. Tetapi, itulah indahnya. Perempuan akan memahami arti dari banyak pengorbanan dan kerja keras. Bukan untuk mengalahkan sesama perempuan atau memusuhi kaum lelaki, tetapi lebih kepada pembuktian bahwa dunia tak pernah menutup mata akan usaha.
            Bukan suatu hal yang aneh apabila hari ini banyak kita jumpai perempuan yang menjadi pelajar di luar negeri, bekerja bahkan membangun bisnis melampaui zona nyaman. Tentu bukan hal mudah untuk memulai, pun tak serta merta menjadi mustahil untuk cemerlang di era modernitas zaman. Dengan sekian pencapaian dan keberhasilan, akan muncul kemungkinan untuk menjadi inspirasi bagi perempuan lain. Karena membatasi ruang gerak perempuan tidak akan membuat cahayanya redup. Justru menjadikan cahaya mereka kian cerah dan fokus menerangi sekitar, walau tak banyak karya yang mampu ia ukir atau banyak kepala mengingat nama. Namun, bukan berarti menjadikan segala hal yang kita anggap baik sebagai obsesi adalah hal yang baik pula. Karena otak yang terbiasa mengesampingkan apalagi meremehkan banyak hal demi satu hal yang belum tentu tepat hanya akan membuang waktu dan menjadikan kita lupa bagaimana cara menikmati hidup.
            Diantara banyak peran yang dijalani oleh perempuan, tak menutup kemungkinan bahwa lagi-lagi, peran yang mereka ambil terkadang merupakan keharusan dan bukan bagian dari pilihan. Tetapi, justru hal tersebutlah yang akan menampilkan bakat serta keterampilan mereka. Sehingga lahirlah perempuan-perempuan yang takkan tergerus oleh perputaran masa.


1.      Perempuan Sebagai Anak
Menjadi seorang anak yang hidup di bawah naungan orangtua, adalah kewajiban kita untuk berbakti dan taat terhadap mereka. Tidak sekedar tentang mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi juga timbal balik dalam hal kasih sayang dan perhatian. Terhadap anak, orangtua tentu mencurahkan seluruh jiwanya. Tetapi ternyata, hal tersebut juga menjadi kewajiban kita kepada orangtua. Hubungan anak-orangtua yang sehat tidak sekedar tentang patuh dan mengangguk saja tanpa ikut buka suara. Sama sekali bukan. Family Democrative System ternyata benar-benar ada dan tepat untuk dicoba. Sebagai contoh nyatanya, di keluarga saya, kami terbiasa untuk menyatakan segala hal yang ada dalam kepala. Tentang niat dan rencana, keinginan bahkan pengambilan keputusan. Kami biasa berbincang, berdiskusi, dan berpendapat. Sebagai anak, tentu ada norma-norma yang harus dijaga, salah satunya ialah sopan santun. Terlepas dari itu, menjadi seorang anak adalah kesempatan yang harus dimaksimalkan. Sebab, sebelum letak surga berpindah dari telapak kaki ibu menuju pundak suami, haruslah kita jaga peran kita agar tidak melukai bahkan merusak kesempatan kita sendiri untuk menikmati keindahan surga.

2.      Perempuan Sebagai Pelajar
Salah satu amanah Allah yang dititipkan melalui orangtua untuk kita adalah belajar. Untuk terus hidup dan mengukir arti di bumi ini, haruslah kita miliki bekal hidup yang takkan hilang walau digerus waktu, yaitu ilmu. Dengan pengetahuan yang luas, dapat dipastikan kita takkan menjadi budak dunia yang hanya fokus pada kebahagiaan duniawi saja, tetapi juga menyiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian. Kita mungkin tidak dapat menyaingi kecerdasan Aisyah RA yang ahli dalam syair, fiqih, juga menguasai ilmu kedokteran, Selain itu, Aisyah juga merupakan wanita yang memahami politik. Hal tersebut terbukti dengan keikutsertaan beliau sebagai salah satu pejuang perang Unta setelah kematian Khalifah Utsman Bin Affan dan awal kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Aisyah, yang juga dikenal sebagai seorang periwayat hadits yang nyaris seluruh hadits-hadits itu ia dapatkan langsung dari keseharian Rasulullah Muhammad SAW semasa hidup. Paling tidak, kita mencoba memaksimalkan kapasitas, tidak mencari-cari alasan demi terus berpangku tangan. Karena dengan atau tanpa kita sadari, dunia tidak akan menunggu kita siap untuk berkembang, karena ia terus melaju pesat.

3.      Perempuan Sebagai Istri
Menjadi seorang istri berarti menjadi separuh lain dari jiwa suami. Tulang rusuk yang ditemukan kembali setelah melalui panjang jalan dan liku haluan. Perempuan yang telah menyandang status sebagai istri, haruslah mengerti bahwa hidupnya bukan lagi miliknya seorang. Segala hal yang ia miliki telah menjelma menjadi milik orang lain yang akan menemaninya sepanjang sisa kehidupan. Sebagai istri, tentu berbeda ketika kita menjadi anak atau saat berperan sebagai pelajar. Ketika menjadi anak, kita patuh dan taat terhadap orangtua, namun setelah menikah, kepatuhan dan ketaatan kita semata berlabuh pada suami. Memang tidak mudah menyesuaikan, hidup bersama seseorang yang baru kita kenal, bertemu dia sejak pagi hingga bertemu pagi selanjutnya, menyiapkan keperluannya, membantu ia mengambil keputusan dan menjadi tempat bersandar terbaik kala nyaris kehilangan arah. Selain mengerjakan tugas rumah tangga, perempuan haruslah cerdas ketika diajak berdiskusi, tidak melulu membahas soal dapur, tetapi juga membantu membuka pikiran suami ketika ia membutuhkan banyak masukan dan saran. Karena akan ada masa ketika hebat dan cemerlang seorang lelaki merapuh sebab masalah, disitulah perempuan mengambil peran. Kerja sama dan timbal balik adalah kebutuhan yang harus dipunya oleh dua orang yang membangun rumah tangga.

4.      Perempuan Sebagai Ibu
Seorang ibu adalah cinta sejati bagi anak-anaknya. Kepada ibunyalah mereka mengadukan segala perasaan dan keinginan. Kepada ibu pula mereka mencari perlindungan. Sebab dalam dekap seorang ibu tersimpan jutaan bahagia dan damai yang takkan pernah ditemukan di tempat lain. Kemanapun anak-anak pergi, ibu selalu menjadi rumah untuk kembali. Serumit apapun masalah yang dihadapi, ibu selalu menjadi sebaik-baik pemberi solusi. Ibu selalu menjadi sumber tawa dan alasan untuk pulang. Karena ibulah, seorang anak mampu menghebat, karena sejak kecil ia berada dalam asuhan perempuan kuat. Menjadi seorang ibu berarti siap menjadi sabar dan rendah hati sepanjang hidup, menyimpan banyak air mata untuk menangis haru menyaksikan keberhasilan anak-anaknya, serta menebar banyak tawa yang akan membuat anak-anaknya ingat untuk selalu bahagia. Sebagai ibu, posisikan diri kita sebagai sahabat dan pendengar yang baik. Dihargai dan dicintai, ditunggu kehadiran dan diingat wajah serta dirindukan lembut suaranya. Menjadi contoh bagi mereka untuk selalu menebar kebaikan.

5.      Ibu Rumah Tangga VS Wanita Karier
Hari ini, perempuan dibenturkan pada realita tentang gengsi dan fitrah hidup yang abadi. Ketika ibu rumah tangga dianggap tak sepadan dengan wanita karier, atau ketika mengasuh anak dan melakukan pekerjaan rumah dianggap sebagai sikap merendahkan martabat perempuan. Padahal sungguh, tak ada pekerjaan yang lebih hebat dari pekerjaan lain. Ini hanya soal sudut pandang beberapa orang yang anehnya ikut mempengaruhi taraf penilaian sosial. Issu seputar emansipasi juga kerap menjadikan perempuan malu untuk diam di rumah dan mengurus anak serta suami. Bahkan parahnya, emansipasi dijadikan dalih atas terbengkalainya urusan-urusan rumah tangga. Perempuan menjadi gila hormat dan ingin dikatakan hebat. Padahal, apa lagi yang dikejar ketika semesta telah berpindah ke dalam sebuah lingkungan istimewa bernama rumah? Emansipasi bukan solusi. Ketika kesalahpahaman malah muncul dari satu diksi yang sesungguhnya masih ambigu bagi mereka yang tak memahami makna yang hakiki. Sekali lagi, emansipasi bukan soal mengalahkan kaum lelaki atau melampaui mereka dalam hal kerja dan kemampuan. Tetapi, tentang menjadi tempat pulang paling baik dan motivasi terkuat untuk para bocah-bocah kecil bermata jeli yang menatap kita penuh arti.
            Sebaliknya, alangkah aneh ketika mendapati ibu rumah tangga yang mencerca wanita karier sebab dirasa tidak becus mengurus anak dan tidak paham benar tentang urusan rumah. Saya katakan bahwa sesungguhnya, menjadi ibu rumah tangga ataupun wanita karier adalah pilihan masing-masing pribadi dan sungguh tepat sesuai kondisi. Apabila dengan menjadi ibu rumah tangga ia mampu berkarya dan menghasilkan generasi emas, mengurus suami dengan semaksimal yang ia bisa, tentulah hal tersebut telah menjadi kepuasan dan pencapaian yang ia sendiri akan merasakan dampaknya. Di lain pihak, apabila dengan bekerja di luar rumah, menjadi pegawai kantoran atau pekerjaan apapun yang membelah waktu menjadi dua dirasa mampu membuat ia berkembang, meraih banyak prestasi, membanggakan untuk dirinya sendiri dan keluarganya, tentu itu juga menjadi hal yang tak bisa luput dari perhatian. Sampai di titik ini, kita bersama harus menyadari, bahwa perempuan selalu indah dengan caranya, apapun yang terjadi, selagi ia tak pernah memilih berhenti bahkan lari.
            Sebagai contoh nyata, saya akan beberkan sedikit kisah dari seorang perempuan yang sejak dulu menjadi tempat bagi saya untuk beristirahat setelah perjalanan panjang, perempuan yang akan saya temui setiap pulang ke rumah, perempuan yang selalu menanyakan tentang apa yang saya makan dan lakukan tanpa dia. Saya memanggilnya, ibu. Beliau adalah ibu rumah tangga merangkap wanita karier, bekerja lima hari dalam seminggu bahkan lebih dan kerap pulang di malam hari. Waktu bertemu dengan beliau hanya pagi hingga siang hari. Selebihnya, beliau habiskan waktu di tempat kerja. Mungkin banyak yang berpikir pastilah kami memiliki asisten rumah tangga dan tidak dekat dengan perempuan yang melahirkan kami. Pendapat itu dapat saya pastikan salah besar. Sejak dulu, kami tidak pernah memiliki asisten rumah tangga. Pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah menjadi tanggung jawab seluruh anggota keluarga. Dan ibu selalu menjadi orang yang mengerjakan segalanya dengan porsi paling banyak. Ditengah segala kesibukan itu, ibu tetap menjadi pusat dari tata surya di rumah. Tempat kami menangis ketika putus asa karena gagal, tempat kami menanyakan barang-barang yang luput dari penglihatan, tempat melaporkan seluruh agenda harian, mingguan bahkan tahunan, tempat kami menanyakan keputusan yang akan kami ambil di masa depan, segalanya. Ia selalu menjadi orang yang paling tau dan paling baik dalam memberikan solusi yang benar. Hingga hari ini, saya menyadari bahwa sesungguhnya, kunci dari kesuksesan ibu sebagai wanita karier merangkap ibu rumah tangga adalah komunikasi yang lancar. Dengan ayah, beliau habiskan banyak waktu yang ia punya untuk menceritakan apa saja yang terjadi ditempat kerja dan kegiatan anak-anaknya. Begitupun ayah yang selalu menjadi pendengar setia dan teman tertawa yang cocok untuk ibu. Dan anak-anak, bagaimanapun sibuknya, selalu menjadi prioritas utama dan pertama.


Mari Menjadi Cahaya yang Menyejukkan Hati
Sebagai manusia juga perempuan, adalah harus untuk terus bercermin dari kesalahan masa lalu. Mementingkan variabel mengapa dan bagaimana, meletakkan prioritas itu menjadi sorotan utama kala ingin membulatkan keputusan. Bila kelayakan sikap seperti itu tidak tampak dalam diri kita dan selalu merasa benar dalam langkah, maka waspadalah. Mungkin kita sedang terbuai keadaan dan tidak siap dengan gugatan. Bila suatu ketika keputusan kita dipertanyakan, adalah kemungkinan pasti bagi kita untuk langsung melabeli penanya sebagai pembangkang yang tanpa ketaatan. Sedangkan hakikat perempuan adalah menjadi air ditengah api, menenangkan dan dirindukan hadirnya. Perempuan ialah simbol keanggunan sekaligus ketegasan. Berprinsip di tengah rapuh dedaunan, memiliki akar yang kokoh untuk menopang banyak beban. Haruslah tertanam dalam diri untuk senantiasa meneduhkan sekitar.

Perempuan, Mengangkasalah!
            Ambil bagian, maksimalkan peran, Jangan biarkan dunia ini berkembang tanpa campur tanganmu di dalamnya. Dengan segenap kemampuan, bergeraklah! Jangan jadikan keterbatasan sebagai alasan untuk diam di tempat. Jangan pula pasrah pada kemalasan dan berhenti sebab anggapan. Perempuan adalah kita, perempuan adalah awal untuk suatu peradaban besar. Pegang kendali atas dirimu sendiri, kemudian bantulan lelaki untuk mengatur isi bumi. Kemudian, kembalilah pada hakikat diri yang sejati; mengurus malaikat bermata jeli, menjadi tulang rusuk yang kembali, dan pusat dari Bima Sakti mini; tempat anak-anak mencari kala tak tau harus melakukan apa lagi.

Urgensi Kemahiran Berbahasa Inggris di Era Modernisasi dan Globalisasi

Urgensi Kemahiran Berbahasa Inggris di Era Modernisasi dan Globalisasi Sejak abad ke-18, bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa Internasio...