Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Kunjungi laman Blogger Perempuan dan baca tulisan saya melalui link berikut

Kamis, 20 Mei 2021

Seingatku...



Seingatku,
kita dulu cukup sering bertemu.

Kau dengan heningmu,
aku dengan bisingku.

Kita saling menyapa,
sekadar tanya kabar,
atau sesederhana berbalas salam.
Atau apabila sedang malas buka mulut,
aku hanya akan memberikan sebuah senyuman,
yang akan kau balas dengan senyum serupa; tidak terlampau lebar,
tidak kelewat tipis.
Sebagaimana mestinya saja.

Kesempatan kita mengobrol cukup panjang hanya berlandas sebuah ketidaksengajaan.
Politik pula topiknya.

Maka pada jarak yang tak habis ditempuh dalam empat puluh lima menit,
jelang maghrib,
bersama riuh klakson dan gerimis kecil-kecil,
pendapat kita ikut membumbung dengan asap-asap knalpot,
juga pengeras suara masjid sepenjuru kota.

Lantas sebelum hari ini,
aku tidak pernah sadar,
bahwa itulah yang semesta sebut kesempatan.

Berbilang bulan,
sepasang tahun,
ternyata ceruk waktu tidak berhasil mempertemukan kita lebih jauh ketimbang sepotong-dua potong kata lewat pesan digital.

Merindukan memang berat,
sekaligus moment baik untuk mengingat kenangan.
Sesekali,
memori tertentu berhak diziarahi,
didoakan,
lalu disimpan rapat kembali.
Agar nanti,
bila spasi berhasil dilipat,
jika presensi satu sama lain mampu memenuhi mata dan tak sekadar ramai di kepala,
maka ada setidaknya secawan obrolan,
tentang masa lalu,
soal genangan kemungkinan, mengenai sepetak harapan baru.
Agar senyum kita merekah lebih nyaman,
supaya nanti bila kesempatan yang sama tiba,
kita mampu menggenggamnya erat-erat,
menyadari betapa berharga waktu,
menyadari betapa menyebalkan rindu,
menyadari bila saat yang tepat untuk jadi lebih dari sekadar teman betul-betul nyata dan tak mustahil dikabulkan.

Seingatku,
dulu,
aku mengagumi diam-diam.
Sekarang,
aku mendoakan dalam-dalam.
Kadang bahagiamu membuatku menangis,
tak jarang,
kupikir kita akan berhenti begitu saja di titik 'pernah berteman.'
Tak capai level istimewa,
tak pantas merebut sepercik perhatian.

Ternyata,
menyimpan sekelumit emosi tak terbantah yang mati-matian kututup dengan ketidakpedulian,
sama berat dengan menanggung sepercik kerinduan.
Dan seperti yang sudah-sudah,
sesuai dugaan,
aku,
kembali terluka…

sendirian.


Palembang, 20 Mei 2021
Siti Sonia Aseka


Urgensi Kemahiran Berbahasa Inggris di Era Modernisasi dan Globalisasi

Urgensi Kemahiran Berbahasa Inggris di Era Modernisasi dan Globalisasi Sejak abad ke-18, bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa Internasio...