Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Kunjungi laman Blogger Perempuan dan baca tulisan saya melalui link berikut

Minggu, 25 Agustus 2019

Cinta: Ayah dan Ibu

Cinta: Ayah & Ibu
Keluarga



"Cinta memintamu tumbuh, cinta memberimu ruang untuk menjadi dirimu. Cinta adalah penyembuh atas sakit dan obat pada yang luka. Bila yang katanya cinta justru membunuh sampai menghancurkan mimpimu, itu bukan cinta. Itu BUKAN cinta, sayang.
Itu obsesi yang muncul dari nafsu.

Cinta tidak membuat jalan menuju Allah menjadi sulit. Cinta tidak melarangmu melakukan hal-hal baik. Cinta tidak menutup pintu saat kau ingin melangkah maju. Cinta tidak membuatmu lebih banyak menangis ketimbang tertawa. Cinta tidak menekanmu dan memaksa engkau menjadi seseorang yang lain.
Cinta. Itu cinta.

Cinta pun tidak menutup mulutmu, tak pula membatasi gerakmu. Cinta tidak menutup matamu dan menjadikanmu batu. Cinta selalu menginginkanmu menjadi versi terbaik dari dirimu."

Saya melihat ayah dan ibu.
Mereka saling mencintai dan membagi kasih setiap hari.
Ibu mengoceh, ayah mendengar.
Ayah menasihati, ibu ganti memasang telinga.

Ayah akan mendengarkan segala cerita ibu.
Tentang rumah, tentang anak-anak, tentang masalah di kantor, tentang teman-temannya.
Ayah akan memberi ibu saran, meminta ibu bersabar, mengajaknya berjalan-jalan berdua untuk menikmati waktu dan bertukar cerita.

Saat ayah lelah, ibu selalu di sana.
Mengajaknya menonton video komedi, menceritakan tentang kelucuan adik di sekolah, mengenang kembali masa muda lewat potret dan kenangan yang terpatri kuat dalam benak. Atau hanya sekedar duduk diam, mendukung dan berdoa tanpa suara.

Ibu akan membeli galon air dan memasang gas bila diperlukan, ayah akan memasak dan membersihkan rumah jika ibu tak sempat melakukannya.

Ayah dan ibu menciptakan tim yang baik. Keluarga kecil harmonis, menghidupkan diskusi, membuat setiap anggota keluarga menjadi pemeran dalam drama harian tanpa merusak satu momentum pun, lantas menjadi yang pertama tahu tentang segala sesuatu.

Ayah dan ibu selalu menjadi favorit atas satu dengan yang lain. Ayah dan ibu juga role model terbaik anak-anak sebelum orang lain di luar rumah mereka.

Harusnya memang demikian.

Ayah memberi ibu ruang untuk menjadi dirinya.
Ibu memberi ayah waktu untuk menjadi sebaik-baik dirinya juga.
Lantas, mereka akan menjadi yang terbaik bagi satu dengan yang lain.

Ayah tak pernah memaksakan kehendak.
Ibu tak pula banyak membantah.
Ayah tegas tanpa berusaha terlihat superior.
Ibu patuh tanpa tampak lemah.

Mereka beradu argumen seperlunya.
Tapi, di meja makan, di ruang keluarga, suasana akan tetap terasa hangat, menenangkan, membuat betah.

Ayah dan ibu bilang, mereka nol tanpa dua.

Ibu tetap bekerja.
Ayah juga berangkat ke kantor untuk menunaikan tugasnya.
Di rumah, mereka menjadi orangtua, guru, teladan.
Di luar, mereka pekerja profesional.

Tidak merasa tersaingi antara satu dengan yang lain.
Selain monoton cinta, mereka bilang, mereka lebih tampak seperti sahabat yang melakukan segalanya untuk satu sama lain.

Saya belajar banyak dari mereka.
Saya menyaksikan segala manis dan pahit itu selama nyaris dua puluh dua tahun, dan semuanya masih tampak tak beda.

Mereka hapal polanya.
Bersama mereka, saya melihat kolase hampir sempurna dari sebuah keluarga.

Palembang, 25 Agustus 2019
Siti Sonia Aseka

Urgensi Kemahiran Berbahasa Inggris di Era Modernisasi dan Globalisasi

Urgensi Kemahiran Berbahasa Inggris di Era Modernisasi dan Globalisasi Sejak abad ke-18, bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa Internasio...